Biaya tetap atau yang disebut juga dengan fixed cost adalah suatu biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan dalam keadaan konstan atau umumnya senantiasa tidak berubah walaupun mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan.
Maka dapat dikatakan bahwa biaya tetap tidak terpengaruh sama sekali atau terlepas dari perubahan-perubahan dalam aktivitas bisnis yang dijalankan oleh perusahaan.
Dalam sebuah biaya tetap, adapun 2 macam yang terdapat dalam biaya tetap itu sendiri yaitu committed fixed cost dan discretionary fixed cost. Adapun beberapa contoh yang terdapat dalam biaya tetap adalah biaya sewa gedung, gaji karyawan, pajak, biaya asuransi, biaya cukai (jika pengiriman produk dilakukan hingga ke luar negeri), pembayaran pinjaman, dan sebagainya.
Dalam sebuah biaya tetap yang senantiasa konstan bukan berarti biaya tetap tersebut akan selalu konstan. Namun biaya tetap dapat berubah sewaktu-waktu di masa yang akan datang.
Adapun contoh yang terdapat dalam biaya tetap yaitu :
Pengertian Biaya Variable ( Variable Cost )
Variable cost atau disebut sebagai biaya variabel merupakan suatu biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan secara berubah-ubah yang didasarkan pada perubahan jumlah produk yang diproduksi.
Apabila semakin besar jumlah volume produk yang diproduksi oleh sebuah perusahaan, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi produk tersebut. Namun begitu pula sebaliknya, jika jumlah volume produk yang diproduksi kecil maka biaya yang dikeluarkan juga kecil.
Dan dapat dikatakan bahwa biaya variabel tergantung pada fluktuasi aktivitas usaha dalam memproduksi barang yang dilakukan sebuah perusahaan.
Adapun contoh yang terdapat dalam Biaya Variabel yaitu :
a. Bahan Langsung
Bahan yang berhubungan dengan proses produksi langsung atau yang biasa disebut sebagai bahan baku. Bahan langsung bisa berubah sesuai dengan jumlah produk yang telah diproduksi.
b. Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja yang langsung berperan dalam produksi sebuah barang. Tenaga kerja akan dibayar saat sudah menghasilkan suatu produk. Namun hanya tenaga kerja sementara saja yang upahnya masuk ke dalam biaya variabel.
c. Pemenuhan Kebutuhan Alat Produksi
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk berjalannya alat proses produksi. Seperti oli untuk mesin produksi, atau listrik untuk mesin.
d. Upah Lembur Tenaga Kerja
Upah lembur tenaga kerja dihitung dari jumlah jam yang dihabiskan oleh tenaga kerja untuk lembur saat bekerja akan dihitung sebagai biaya variabel.
e. Komisi
Komisi dihitung setiap keberhasilan penjualan produk dengan jumlah tertentu, karena berubah berdasarkan jumlah produksi dan penjualan.
Dalam sebuah biaya tetap, adapun 2 macam yang terdapat dalam biaya tetap itu sendiri yaitu committed fixed cost dan discretionary fixed cost. Adapun beberapa contoh yang terdapat dalam biaya tetap adalah biaya sewa gedung, gaji karyawan, pajak, biaya asuransi, biaya cukai (jika pengiriman produk dilakukan hingga ke luar negeri), pembayaran pinjaman, dan sebagainya.
Dalam sebuah biaya tetap yang senantiasa konstan bukan berarti biaya tetap tersebut akan selalu konstan. Namun biaya tetap dapat berubah sewaktu-waktu di masa yang akan datang.
Adapun contoh yang terdapat dalam biaya tetap yaitu :
- Depreciation ( Penyusutan ) depresiasi atau penyusutan dalam akuntansi adalah pembebanan bertahap dan sistematis terhadap biaya aset berwujud (seperti peralatan produksi) selama umur manfaatnya.
- Insurance ( Asuransi ) asuransi adalah biaya berkala berdasarkan kontrak asuransi.
- Interest Expenses (Beban bunga) yang dimaksud dengan beban bunga adalah biaya dana yang dipinjamkan ke perusahaan oleh pemberi pinjaman. Namun beban bunga ini digolongkan sebagai biaya tetap apabila suku bunga tetap dimasukkan ke dalam perjanjian pinjaman.
- Property Tax (Pajak Properti) pajak properti adalah pajak yang dibebankan ke perusahaan oleh pemerintah setempat, yang didasarkan pada biaya asetnya.
- Rent (Biaya Sewa) biaya sewa yang dimaksud disini adalah biaya berkala untuk penggunaan real estat (kantor, pabrik, gudang) miliki orang lain yang digunakan oleh perusahaan dalam menjalankan operasinya.
- Salary (Gaji) gaji adalah jumlah kompensasi tetap yang dibayarkan kepada karyawan.
- Utility (Utilitas) contoh biaya utilitas adalah seperti biaya listrik, gas, telepon dan sebagainya. Dalam biaya ini memiliki elemen variabel, tetapi sebagian besar tetap.
Pengertian Biaya Variable ( Variable Cost )
Variable cost atau disebut sebagai biaya variabel merupakan suatu biaya yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan secara berubah-ubah yang didasarkan pada perubahan jumlah produk yang diproduksi.
Apabila semakin besar jumlah volume produk yang diproduksi oleh sebuah perusahaan, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi produk tersebut. Namun begitu pula sebaliknya, jika jumlah volume produk yang diproduksi kecil maka biaya yang dikeluarkan juga kecil.
Dan dapat dikatakan bahwa biaya variabel tergantung pada fluktuasi aktivitas usaha dalam memproduksi barang yang dilakukan sebuah perusahaan.
Adapun contoh yang terdapat dalam Biaya Variabel yaitu :
a. Bahan Langsung
Bahan yang berhubungan dengan proses produksi langsung atau yang biasa disebut sebagai bahan baku. Bahan langsung bisa berubah sesuai dengan jumlah produk yang telah diproduksi.
b. Tenaga Kerja Langsung
Tenaga kerja yang langsung berperan dalam produksi sebuah barang. Tenaga kerja akan dibayar saat sudah menghasilkan suatu produk. Namun hanya tenaga kerja sementara saja yang upahnya masuk ke dalam biaya variabel.
c. Pemenuhan Kebutuhan Alat Produksi
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk berjalannya alat proses produksi. Seperti oli untuk mesin produksi, atau listrik untuk mesin.
d. Upah Lembur Tenaga Kerja
Upah lembur tenaga kerja dihitung dari jumlah jam yang dihabiskan oleh tenaga kerja untuk lembur saat bekerja akan dihitung sebagai biaya variabel.
e. Komisi
Komisi dihitung setiap keberhasilan penjualan produk dengan jumlah tertentu, karena berubah berdasarkan jumlah produksi dan penjualan.
PENENTUAN HARGA JUAL
1. Metode Penentuan Harga Biaya-Plus
Penentuan harga dengan menggunakan metode ini ialah dengan menambah modal atau biaya produksi dengan keuntungan atau marjin yang dikehendaki.
Rumusnya :
Modal (biaya produksi) + Laba = Harga Jual
Contoh Kasus :
Seorang memiliki usaha konveksi, lalu mendapat pesanan sekitar 10 baju muslim dengan perkiraan menghabiskan biaya Rp 1.500.000 dengan rincian sebagai berikut :
Biaya bahan baku : Rp 500.000
Ongkos penjahit : Rp 600.000
Biaya lain-lain : Rp 400.000
Jika menghendaki laba sebesar 30% dari biaya produksi maka perhitungannya sebagai berikut :
Rp 1.500.000 + (30% x Rp Rp 1.500.000) = Rp 1.950.000 , jadi harga tiap baju muslim adalah Rp 195.000
Perhitungan harga jual di atas umum dipakai oleh penjual yang memproduksi barangnya sendiri, lalu bagaimana jika kamu adalah reseller?
Rumusnya :
Harga jual = Harga beli + Mark Up
Mark up merupakan kelebihan harga jual produk di atas harga beli. Keuntungan diperoleh dari sebagaian mark up. Selain itu pedagang juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksploitasi yang diambilkan dari sebagian mark up.
Contoh kasus :
Seorang menjual mukena, tetapi tidak memproduksinya sendiri alias reseller mukena, membeli mukena dari supplier Rp 90.000/mukena dengan kuntungan sebesar Rp 30.000/mukena. Jadi;
Harga jual = harga beli + mark up
Harga jual = Rp 90.000 + Rp 30.000
Harga jual = Rp 120.000
2. Metode Pasar atau Pesaing
Metode ini disebut juga dengan competitive pricing, yakni dengan menyamakan harga produk berdasarkan harga jual kompetitor. Tidak didasarkan unsur biaya.
Saat memakai metode ini, ada 3 alternatif untuk menentukan harga jual; pertama harga jual barang bisa sama dengan harga jual kompetitor, kedua harga jual bisa lebih rendah, ketiga harga jual bisa lebih tinggi dari harga jual kompetitor.
3. Price Skimming
Price skimming cocok diterapkan untuk usaha yang punya pesaing sedikit bahkan nggak punya pesaing. Jadi metode ini menetapkan harga jual yang tinggi untuk setiap produk baru lalu berangsur-angsur turun saat ada tipe lain yang diluncurkan.
Metode ini biasanya diterapkan untuk produk elektronik, seperti handphone, laptop, computer, dll.
4. Multiple Unit Pricing
Pernah nggak sih saat belanja entah di pusat perbelanjaan sampai toko biasa, beli beberapa barang dapat bonus satu barang gratis?
Metode tersebut adalah metode multiple unit pricing, yakni metode yang memberikan harga khusus untuk pembelian barang dengan jumlah yang banyak. Misalnya, buy 3 get 1, bonus khusus saat pembelian barang dalam jumlah banyak.
5. Bundling
Metode bundling adalah penjualan dua atau lebih produk dalam satu harga, biasanya harga jual yang ditentukan dengan metode ini lebih rendah dari total penjumlahan masing-masing harga produk.
Biasanya metode ini diterapkan untuk penjualan di restoran cepat saji yang menyediakan paket menu yang disisipi produk merk lain sampai penjualan smartphone yang sudah sepaket dengan provider tertentu.
Rumusnya :
Modal (biaya produksi) + Laba = Harga Jual
Contoh Kasus :
Seorang memiliki usaha konveksi, lalu mendapat pesanan sekitar 10 baju muslim dengan perkiraan menghabiskan biaya Rp 1.500.000 dengan rincian sebagai berikut :
Biaya bahan baku : Rp 500.000
Ongkos penjahit : Rp 600.000
Biaya lain-lain : Rp 400.000
Jika menghendaki laba sebesar 30% dari biaya produksi maka perhitungannya sebagai berikut :
Rp 1.500.000 + (30% x Rp Rp 1.500.000) = Rp 1.950.000 , jadi harga tiap baju muslim adalah Rp 195.000
Perhitungan harga jual di atas umum dipakai oleh penjual yang memproduksi barangnya sendiri, lalu bagaimana jika kamu adalah reseller?
Rumusnya :
Harga jual = Harga beli + Mark Up
Mark up merupakan kelebihan harga jual produk di atas harga beli. Keuntungan diperoleh dari sebagaian mark up. Selain itu pedagang juga harus mengeluarkan sejumlah biaya eksploitasi yang diambilkan dari sebagian mark up.
Contoh kasus :
Seorang menjual mukena, tetapi tidak memproduksinya sendiri alias reseller mukena, membeli mukena dari supplier Rp 90.000/mukena dengan kuntungan sebesar Rp 30.000/mukena. Jadi;
Harga jual = harga beli + mark up
Harga jual = Rp 90.000 + Rp 30.000
Harga jual = Rp 120.000
2. Metode Pasar atau Pesaing
Metode ini disebut juga dengan competitive pricing, yakni dengan menyamakan harga produk berdasarkan harga jual kompetitor. Tidak didasarkan unsur biaya.
Saat memakai metode ini, ada 3 alternatif untuk menentukan harga jual; pertama harga jual barang bisa sama dengan harga jual kompetitor, kedua harga jual bisa lebih rendah, ketiga harga jual bisa lebih tinggi dari harga jual kompetitor.
3. Price Skimming
Price skimming cocok diterapkan untuk usaha yang punya pesaing sedikit bahkan nggak punya pesaing. Jadi metode ini menetapkan harga jual yang tinggi untuk setiap produk baru lalu berangsur-angsur turun saat ada tipe lain yang diluncurkan.
Metode ini biasanya diterapkan untuk produk elektronik, seperti handphone, laptop, computer, dll.
4. Multiple Unit Pricing
Pernah nggak sih saat belanja entah di pusat perbelanjaan sampai toko biasa, beli beberapa barang dapat bonus satu barang gratis?
Metode tersebut adalah metode multiple unit pricing, yakni metode yang memberikan harga khusus untuk pembelian barang dengan jumlah yang banyak. Misalnya, buy 3 get 1, bonus khusus saat pembelian barang dalam jumlah banyak.
5. Bundling
Metode bundling adalah penjualan dua atau lebih produk dalam satu harga, biasanya harga jual yang ditentukan dengan metode ini lebih rendah dari total penjumlahan masing-masing harga produk.
Biasanya metode ini diterapkan untuk penjualan di restoran cepat saji yang menyediakan paket menu yang disisipi produk merk lain sampai penjualan smartphone yang sudah sepaket dengan provider tertentu.
Demikian artikel tentang Biaya tetap, biaya variabel dan taksiran harga jual, semoga bermanfaat.
Sumber :
https://www.harmony.co.id/blog/perbedaan-biaya-tetap-dan-biaya-variabel-yang-harus-anda-tahu
https://xiia62017christianharrywilson.wordpress.com/2017/03/10/penentuan-harga-jual/
https://xiia62017christianharrywilson.wordpress.com/2017/03/10/penentuan-harga-jual/
Komentar
Posting Komentar